Drama kena batunya
Contoh Naskah Drama
KENA BATUNYA
(Ibu Pardi masuk kedalam rumah. Sementara itu, Pardi masih asyikmenanam pohon-pohonan itu sambil berdendang kecil. Tak lama kemudian, datanglah sahabat Pardi kerumahnya).
Tono : Mahmud, kapan kita punya yang satu ini memang rajin dan tekun.
Mahmud : ya, agaknya Pardi ini pantas diusulkan untuk mendapatkan kalpataru dari pemerintah.
Pardi : Ah, kalian jangan mengejek. Saya kan sekedar menanam pohon ini, karena sebentar lagi hujan mau turun. Kalian kan tahu bahwa setiap kali turun hujan, air menggenangi pekaranganku. Tidak seperti rumah kalian, yang tak mungkin dilanda banjir. Eh, ngomong-ngomong mau kemana kalian berdua, ko membawa senapan?
Mahmud : Benar Pardi. Kami sangat senang jika kamu mau menemani kami. Dan jangan khawatir, sepulang berburu nanti akan kami traktir makan bakso.
Pardi : Ah, kalian memang tidak jera jera. Dulu kalian pernah bercerita bahwa kalian tak pernah tersesat dan pulangnya diantarkan oleh penduduk, karena kalian tidak tahu arah pulangnya. Kalian juga pernah menembak anak kera yang masih menyusu induknya. Apakah kalian tidak kasihan melihat penderitaannya? Dan satu lagi, jika kalian berburu binatang-binatang itu, bukankah akan menjadikan binatang punah?
Tono : Ah, sudahlah kawan, jangan menggurui kami.
Mahmud : benar, katakana saja, kamu mau atau tidak. Jika kamu tidak mau, maka kami akan pergi berdua.
Pardi : Bukannya aku tidak mau mengantar kalian berdua. Jika kalian mengajakku untuk breeding di sungai sebelah rumah atau mengajak apa saja asal tidak berburu, aku pasti mau.
Tono : Jelasnya, kamu tidak mau, bukan?
Pardi : Ya, saya keberatan .
Mahmud : Baiklah, jika kamu tidak mau ya tidak apa-apa. Nanti saja setelah pulang saya mampir ke sini lagi. Dan jangan lupa, siapkan kelapa muda kesenangan kami. Bukanlah begitu, Tono?
Tono : Benar, dan kami terpaksa pergi berdua.
Pardi : Ya, pergilah, nanti akan kusiapkan kelapa muda kesukaan kalian.
(Tono dan Mahmud menghilang dari hadapan Pardi, kembali Pardi melanjutkan pekerjaannya menanam pohon yang sempat tertunda).
Pardi : (Monolog) Ah, rupanya mereka benar-benar tidak jera. Jika sekedar menginginkan daging, toh dirumah juga tersedia. Agaknya mereka masuk desa untuk memburu berbagai binatang. Ah, sudahlah untuk apa aku harus memikirkan mereka? Bukanlah pekerjaan ini belum selesai?
(Pardi pun melanjutkan kembali pekerjaannya sambil bersenandung kecil. Tiba-tiba dihadapannya muncul kembali dua orang sahabatnya dengan nafas terengah-engah)
Pardi : Ah, kenapa kalian rupanya?
Tono : Ah, anu Pardi. Kami mau minta obat merah, karena kaki Mahmud terkena batu sewaktu jatuh di tegalan.
Mahmud : Benar, Pardi. Kami tadi bermaksud memburu tekukur yang bertengger di atas pohon mangga. Begitu kami membidik, ternyata sasaran meleset dan mengarah pada sarang lebah yang dibawahnya.kontan saja lebah-lebah itu berhamburan dan menyerang kami.
Tono : dan sewaktu kami lari, Mahmud terjerembab ke tanah dann kakinya luka terbentur batu. Kami berdua benar-benar jera dan tak akan berburu lagi.bukankah begitu Mahmud?
Mahmud : benar, kami tidak akan berburu lagi. Aku sekarang harus melestarikan lingkungan, dan bukannya merusak lingkungan seperti kami ini.
KENA BATUNYA
(Ibu Pardi masuk kedalam rumah. Sementara itu, Pardi masih asyikmenanam pohon-pohonan itu sambil berdendang kecil. Tak lama kemudian, datanglah sahabat Pardi kerumahnya).
Tono : Mahmud, kapan kita punya yang satu ini memang rajin dan tekun.
Mahmud : ya, agaknya Pardi ini pantas diusulkan untuk mendapatkan kalpataru dari pemerintah.
Pardi : Ah, kalian jangan mengejek. Saya kan sekedar menanam pohon ini, karena sebentar lagi hujan mau turun. Kalian kan tahu bahwa setiap kali turun hujan, air menggenangi pekaranganku. Tidak seperti rumah kalian, yang tak mungkin dilanda banjir. Eh, ngomong-ngomong mau kemana kalian berdua, ko membawa senapan?
Mahmud : Benar Pardi. Kami sangat senang jika kamu mau menemani kami. Dan jangan khawatir, sepulang berburu nanti akan kami traktir makan bakso.
Pardi : Ah, kalian memang tidak jera jera. Dulu kalian pernah bercerita bahwa kalian tak pernah tersesat dan pulangnya diantarkan oleh penduduk, karena kalian tidak tahu arah pulangnya. Kalian juga pernah menembak anak kera yang masih menyusu induknya. Apakah kalian tidak kasihan melihat penderitaannya? Dan satu lagi, jika kalian berburu binatang-binatang itu, bukankah akan menjadikan binatang punah?
Tono : Ah, sudahlah kawan, jangan menggurui kami.
Mahmud : benar, katakana saja, kamu mau atau tidak. Jika kamu tidak mau, maka kami akan pergi berdua.
Pardi : Bukannya aku tidak mau mengantar kalian berdua. Jika kalian mengajakku untuk breeding di sungai sebelah rumah atau mengajak apa saja asal tidak berburu, aku pasti mau.
Tono : Jelasnya, kamu tidak mau, bukan?
Pardi : Ya, saya keberatan .
Mahmud : Baiklah, jika kamu tidak mau ya tidak apa-apa. Nanti saja setelah pulang saya mampir ke sini lagi. Dan jangan lupa, siapkan kelapa muda kesenangan kami. Bukanlah begitu, Tono?
Tono : Benar, dan kami terpaksa pergi berdua.
Pardi : Ya, pergilah, nanti akan kusiapkan kelapa muda kesukaan kalian.
(Tono dan Mahmud menghilang dari hadapan Pardi, kembali Pardi melanjutkan pekerjaannya menanam pohon yang sempat tertunda).
Pardi : (Monolog) Ah, rupanya mereka benar-benar tidak jera. Jika sekedar menginginkan daging, toh dirumah juga tersedia. Agaknya mereka masuk desa untuk memburu berbagai binatang. Ah, sudahlah untuk apa aku harus memikirkan mereka? Bukanlah pekerjaan ini belum selesai?
(Pardi pun melanjutkan kembali pekerjaannya sambil bersenandung kecil. Tiba-tiba dihadapannya muncul kembali dua orang sahabatnya dengan nafas terengah-engah)
Pardi : Ah, kenapa kalian rupanya?
Tono : Ah, anu Pardi. Kami mau minta obat merah, karena kaki Mahmud terkena batu sewaktu jatuh di tegalan.
Mahmud : Benar, Pardi. Kami tadi bermaksud memburu tekukur yang bertengger di atas pohon mangga. Begitu kami membidik, ternyata sasaran meleset dan mengarah pada sarang lebah yang dibawahnya.kontan saja lebah-lebah itu berhamburan dan menyerang kami.
Tono : dan sewaktu kami lari, Mahmud terjerembab ke tanah dann kakinya luka terbentur batu. Kami berdua benar-benar jera dan tak akan berburu lagi.bukankah begitu Mahmud?
Mahmud : benar, kami tidak akan berburu lagi. Aku sekarang harus melestarikan lingkungan, dan bukannya merusak lingkungan seperti kami ini.
Komentar
Posting Komentar